Search This Blog

Saturday, September 23, 2017

Fiksimini Pocong



 
Gambar dari google
Ini malam, tiba-tiba saja pengin nulis cerita tentang horor. Gara-gara tadi waktu di warung kopi Mak'e malah pada ngomongin pocong dan kawan-kawannya. Auranya kebawa sampai rumah. Pas malam Jum'at pula. Maka, segera kuambil laptop lalu nyalain. Ini sudah jam setengah dua malam. Suasana rumah sepi sebab ibu-bapak sudah pada tidur. Aku nulisnya sambil gelap-gelapan, lampu biar mati saja.

 Oke, aku pengin cerita tentang pengalamanku dulu waktu masih kecil. Kalau nggak salah, waktu itu aku umur lima tahun. Masih kelas TK besar. 

Dulu, banyak kejadian horor yang sering aku rasakan di rumah ini. Banyak sekali. Seperti seringnya aku kena tindihan. Tindihan itu, kata orang-orang, semacam sedang dipeluk jin. Dulu, aku sering gitu. Sekarang sudah nggak. Mungkin, jinnya nggak suka orang dewasa. Tindihan itu rasanya tubuh nggak bisa digerakin. Nggak bisa ngomong. Kayak ada yang lagi ngungkup. Dulu, sering gitu. Kalau sudah gitu biasanya aku baca surat Al-fatikhah lalu teriak-teriak manggil ibu. Awalnya nggak ada suara yang keluar tapi lama-lama ada. Ibu akhirnya bisa dengar. Ibu segera ke kamarku dan menemukanku yang sudah banjir keringat. Esoknya, aku nggak masuk sekolah karena sakit demam.

Dulu, aku juga sering lihat penampakan seram. Pernah aku lihat (atau mungkin hanya ilusi semata aku nggak tahu, tapi benar-benar yang aku lihat dulu seperti nyata) yaitu sesosok kepala terbang mengambang di atas langit-langit kamar. Kepala seorang perempuan berambut panjang. Dari kepala itu menjuntai usus, paru-paru dan bagian organ tubuh dalam lainnya. Saat melihat sosok itu aku nggak bisa gerak, bicara atau pun teriak. Aku cuma bisa lihat sosok itu melayang-layang menyeramkan. Aku ingat waktu itu aku ngompol. Saat kepala melayang itu hilang baru aku bisa ngomong. Aku langsung nangis. Ibu datang nenangin. Esoknya aku dibawa ke puskesmas. Tipesku kambuh.

Aku juga pernah lihat sosok kayak pocong. Aku bilang kayak pocong. Sebab warnanya putih-putih gitu. Aku nggak ngada-ngada, lho. Aku lihat nya waktu pas mau diajak ibu ke rumah nenek di desa sebelah. Waktu itu motor kami satu-satunya honda 75 yang sekarang spesiesnya sudah punah. Saat mau pergi si makhluk yang mirip pocong ini nangkring di halaman rumah. Waktu itu aku nggak nangis. Cuma bilang ke ibu, "Itu apa, Bu?". Saat ibu lihat, dianya sudah nggak ada.

Tapi, dari sekian banyak pengamalan horor waktu kecil, yang paling membekas di memori kepalaku adalah pengalaman yang itu. 

Waktu itu, sehabis shalat Isya', aku harus ngaji baca Al-qur'an di tempatnya Pak Sholikhin. Rumah beliau lumayan jauh dan nglewatin kebun-kebun belakang rumah. Aku biasanya berangkat bareng anak-anak yang lain. Tapi waktu itu aku ditinggal mereka sebab aku balik lagi ke rumah ngambil beyblade (gasing) yang ketinggalan. Zaman dulu adu gasing lagi ngetrend. Dan gara-gara demi ngambil beyblade itu aku harus pergi ke rumah Pak Sholikin sendirian, nglewatin kebun-kebun belakang rumah yang gelap.

Tapi untungnya aku ketemu Alip. Senang ada temennya. Kita jalan bareng menuju rumah Pak Sholikin. Aku ngira si Alif ini lagi sakit sebab mukanya lemes gitu. Pucat kayak habis kedinginan.

"Kamu sakit, Lip?" aku tanya ke Alip. Tapi dianya nggak jawab.

Aku nggak tanya lagi. Mungkin si Alip lagi males ngomong.

 Kita tetap berjalan beriringan. Si Alip tetap diem sementara aku sibuk memikirkan akan adu gasing sehabis ngaji nanti. Hingga sampai di depan lrumah Pak Sholikhin. Aku segera mau masuk ke rumah beliau tapi Alip malah berjalan berlawanan arah.

"Kamu mau kemana, Lip?" tanyaku sedikit teriak. Tapi dianya nggak jawab lagi. Yaudah, terserah. Aku segera masuk ke rumah Pak Sholikin. Tapi saat di dalam aku terkejut. Itu si Alip lagi ngaji setoran Juz Amma sama Pak Sholikhin. Bukannya tadi si Alip di luar. Aku segera keluar rumah. Si Alip nggak ada. Aku masuk lagi si Alip sudah selesai ngajinya.

"Lip, bukannya tadi kamu di luar?"

Alip mandang aku aneh.

"Dari sebelum kamu datang aku sudah di sini. Kamu sih pakek acara ngambul beyblade dulu."

"Seriusan kamu? Tadi bukannya berangkatnya bareng aku?"

"Ngaco. Aku nggak berangkat sama kamu. Tuh, tanya Andik sama Ifull. Aku berangkatnya sama mereka."

Lho. Maksudnya apa ini? Aku malah jadi bingung waktu itu. Aku tetap ngotot tapi bukti-bukti Alip beneran sudah berangkat lebih awal daripada aku.

Lalu, siapa Alip yang tadi pagi berangkat bareng?



No comments:

Post a Comment

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...