Search This Blog

Sunday, March 26, 2017

Edukasi Sampah Lewat Gerakan Pungut Sampah


Gerakan Pungut Sampah di Pantai Kartini Jepara

          Jam tiga sore, Minggu 26 Maret 2017, tampak berkumpul beberapa orang di depan salah satu tempat pariwisata kebanggaan kota Jepara, Pantai Kartini, Pantai dengan beribu keindahan nan pesonanya. Lalu perlahan-lahan kerumunan kecil itu semakin bertambah besar. Hingga berkumpulah berpuluh-puluh orang dengan wajah bersemangat. Berpuluh-puluh orang dari berbagai komunitas itu akan menggelar sebuah kegiatan positif bernama Gerakan Pungut Sampah atau disingkat dengan GPS.

Menunggu di depan Pantai Kartini
          Untuk sosialisasi kegiatan ini sendiri sudah dilakukan jauh-jauh hari. Banyak komunitas yang turut berpartisipasi dalam berjalannya GPS. Antara lain : Folkom Jepara, Pokerman Jepara, The Reds Jepara, Ngluyur Mania, Kombo Pecicilan, Pendaki Amatir, Doyan Ngluyur Jepara, Global English Cup Jepara, GTP Jepara bahkan ada dari MA Safinnatul Huda Sowan Kidul.

Sosialisasi GPS
          Sebelum acara dimulai, semua peserta dikumpulkan dan diberi arahan singkat. Acara dilanjutkan dengan menyelusuri area Pantai Kartini guna membersihkan sampah-sampah. Diiringi gerimis-gerimis manja gitu, peserta kegiatan amat sangat antusias mencari tulang rusuknya.... eh, maksudnya sampah ding (duh gagal fokus). 

Hayook... kita bersih-bersih. Pakek sarung tangan dulu genks...


Sambil cari sampah, cari pacar juga ah..... kata Luna .
Apakah anda kenal dengan orang ini? hihihi....

          GPS diadakan dengan tujuan menyebarkan edukasi seluas-luasnya kepada masyarakat supaya lebih peduli terhadap sampah. Tidak membuang sampah sembarangan. Menciptakan lingkungan yang bersih, asri dan dinamis.
Buanglah mantan sampah pada tempatnya....
Dari pada memungut kenangan, mending memungut sampah... biar bersihh...
 
Bapak Tentara ikut GPS-an juga lho ...
          Acara berakhir setelah pukul lima sore lebih. Sebelum acara ditutup tak lupa ritual foto-foto dong. Cekrek sana-sini. Puas foto-foto, panitia sudah menyediakan berbagai cemilan dan kopi untuk bisa dinikmati bersama. Lalu acara ditutup dengan ucapan hamdalah bersama-sama. Alhamdulillah...... ^___^

Komunitas The Reds Jepara
Adek-adek manis dari MA Safinnatul Huda Sowan Lor

Komunitas Pokerman Jepara

Komunitas Pendaki Amatir














Ngopi Sek Lur....

Sumpah, Gak Nampah itu asyik........

Gerakan Pungut Sampah. Horraazzzz.......

Saturday, March 25, 2017

Teori Plot, Ulasan Pertemuan AMJ Sabtu, 25 Maret 2017



Teori Plot

Ulasan Pertemuan AMJ Sabtu, 25 Maret 2017

Jam dua sore lebih sedikt, satu persatu anggota Akademi Menulis Jepara mulai memasuki ruang tengah Perpusda Jepara. Kelas akan dimulai. Pemateri kali ini adalah Mas Adi Zamzam, lelaki murah senyum yang sudah menelurkan berbagai karya tulis, baik di media masa maupun online.

Kelas dibuka dengan berdoa. Setelah itu Mas Adi Zamzam menanyakan apa keluhan menulis bagi anggota AMJ selama dua minggu terakhir ini.

Mood, inspirasi, membuat pembukaan yang menarik, begitu kiranya keluhan yang disampaikan.

Setelah membahas sebentar tentang kendala-kendala itu, Mas Adi mulai menerangkan tentang tema hari ini : teori plot.

Kebanyakan dari kita jika ditanya apa itu plot? Jawabannya adalah alur. Ya, plot adalah alur.

Tapi ternyata salah, lho. Ada perbedaan antara plot dengan alur.

Bedanya apa?

Secara garis besarnya, alur adalah runtutan cerita. Sementara Plot adalah runtutan cerita yang sudah direncanakan, ada tujuan pada bagian satu dengan bagian yang lainnya sehingga terjadi kesinambungan.

Contoh alur seperti ini :

Jam 7 pagi Adi berangkat kerja (kalimat 1). Jam 3 sore Adi pulang kerja (kalimat 2). Jam 8 malam Adi kencan dengan pacarnya (kalimat 3).

Dari contoh di atas dapat kita lihat, kalimat 1,2 dan tiga adalah kalimat yang runtut. Tapi tidak ada kesinambungan sebab-akibat. Maka contoh di atas hanya bisa disebut sebagai alur. Tapi tidak bisa disebut sebagai plot.

Contoh Plot :

Jam 7 pagi Adi berangkat kerja dengan terburu-buru sehingga tidak sempat sarapan (kalimat 1). Di kantor, Adi merasa sangat letih dan lemas (kalimat 2). Adi ingat, tadi pagi tidak sempat sarapan karena terburu-buru sehingga membuatnya letih dan lemas (kalimat 3).

Jadi antara kalimat 1, 2 dan 3 mempunyai sebab akibat. Kenapa Adi letih dan lemas? Sebab tadi pagi ia tidak sarapan karena terburu-buru. Seperti itulah yang disebut plot.

Ada 4 syarat untuk memenuhi plot:

1. Plausibilitas. 

Tidak bertentantang dengan realitas dalam cerita. Realitas yang dimaksud adalah logika kesinambungan dalam cerita. 

2. Suspense/tegangan. 

Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan konflik. 

3. Surprise

Kejutan, hal-hal tak terduga yang tidak disangka sebelumnya.

        4. Unity/Koherensi
  
        Adanya kesatuan, tidak keluar dari konteks bahasan.

Dalam  membahas tentang teori plot tadi sore, tentu saja diselingi dengan tawa dan humor ala AMJ. Sehingga tidak terjadi suasana kelas yang membosankan. Kelas tetap kondusif, kekeluargaan dan harmonis.

Selfie, teteup...... ^__^


Kelas berakhir ketika jam sudah menunjukan angkat 4. 

Semoga kelas hari ini bermanfaat dan barokah.


 
Bersuluh literasi, kami menerangi dunia.


Tuesday, March 21, 2017

Mei Kelabu



Mei Kelabu

Oleh : Havidz Antonio

3 januari 2012

Di bawah pohon beringin yang sudah hidup berpuluh-puluh tahun di belakang sekolah, kini aku dan Yudi berada. Pohon beringin yang sulur-sulurnya menjuntai sampai tanah dan cabang-cabangnya dijadikan tempat favorit berbagai jenis burung dan serangga itu kini telah menjadi saksi tumbuh kembangnya sekolah ini: SMA PANCASILA. Pohon beringin ini adalah bagian dari sekolah ini yang tak tergantikan. Di pohon beringin ini tersimpan banyak sekali kenangan. Dari tahun ke tahun. Tak kan tergantikan. Semua penghuni sekolah ini menyukai pohon ini. Termasuk aku. Karena di bawah pohon beringin ini, Yudi menyatakan cintanya padaku.

“Widie, aku sayang kamu.”

Yudi menggenggam tanganku. Yang kurasakan sekarang seakan berada di antara bunga-bunga yang sedang bermekaran, burung-burung bernyanyi, rumput-rumput bergoyang, indah sekali. Dua tahun aku menanti dan semua itu tidak sia-sia. Sejak kelas satu, sejak pertama kali aku melihat Yudi, aku sudah jatuh cinta padanya. Diam-diam aku mencintainya, memendam perasaan yang tidak berani aku ungkapkan. Aku tak pernah berani menyatakan perasaanku pada Yudi. Aku minder sekali. Aku bukan siapa-siapa sementara Yudi Agung Lakasa adalah bintang di sekolah ini. Bintang pelajar, ketua OSIS dan tim inti basket sekolah. Dan dia sangat tampan. Banyak cewek yang naksir dia.

Benar, hanya dia yang kuingin di sampingku. Aku tak mau yang lain. Dan aku tak menyangka sama sekali. Ternyata Yudi kini di depanku dan menyatakan jika dirinya menyukaiku. Thanks god … ini hadiah terindah dalam hidupku.

“Aku juga,” ujarku larut dalam kebahagiaan.

30 januari 2012

            Hujan lebat mengguyur jalanan. Begitu derasnya hingga menyeruakkan dingin yang menusuk sumsum tulang. Aku kedinginan di samping Yudi. Kulihat dia juga sama. Kini, kami berlindung di sebuah warung pinggir jalan yang tak buka. Kami baru pulang dari les matematika dan ketika sedang di tengah perjalanan dihadang hujan ini.

            Saking dinginnya gigiku sampai bergemeletak. Aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku. Kulihat Yudi mengikuti yang kulakukan. Meskipun dia membawa jaket, aku melihatnya malah seperti lebih kedinginan dari pada aku
.
            “Widie, pakai jaket ini,” kata Yudi tiba-tiba melepaskan jaketnya dan memakaikannya padaku.

            Aku tahu Yudi orangnya tidak tahan terhadap cuaca dingin. Apalagi dingin yang seperti ini. Aku menolak jaketnya tentu saja.

            “Nggak, Yud. Kamu lebih memerlukannya daripada aku.”

            “Aku nggak mau jadi cowok gak tahu diri, Widie? Membiarkan pacarnya kedinginan? Pakai ini dan aku akan merasa sangat baik-baik saja,” kata Yudi.

            Aku ragu tapi menerimanya.

            “Aku sangat menyayangimu. Aku nggak bakal ngebiarin kamu kedinginan,” kataku pada Yudi. “ Kita pakai jaket ini bersama-sama.”
           
            Yudi mengangguk.

            Rasanya begitu indah. Kita duduk berdua di selimuti sebuah jaket. Aku merasa sangat hangat. Bukan karna jaket ini. Tapi karna Yudi dekat sekali denganku. Kami menikmati eufora hujan bersama-sama. Dan mulai sejak saat inilah aku menyukai hujan.

14 febuari 2012

            Biasanya orang-orang melewati valentine di kafe-kafe atau restoran dengan sebungkus cokelat spesial atau setangkai bunga yang harum, atau sebuah boneka yang lucu dengan makan malam yang romantis. Namun yang di lakukan Yudi berbeda. Yudi menyewa perahu kecil dan membawaku ke tengah-tengah laut. Tidak ada apa-apa. Yang ada hanya biru air laut. Dan awan-awan putih menggantung di langit.

            “Yud,kenapa kita kesini? Aku takut.”

            “Tenang,” kata Yudi tersenyum simpul “Aku janji akan membawamu pulang seutuhnya.”

            Yudi menatapku. Dalam sekali. Membuatku meleleh dan aku akan rela mempercayakan hidupku padanya.

            “Apa yang akan kita lakukan di tengah laut seperti ini? Memancing?.”

            Yudi terkekeh. kemudian dia membentangkan kedua tangannya.

            “Ikuti aku, Widie.”

            Aku ikut membentangkan kedua tanganku. Aku pikir, aku dan Yudi kini sedang gila.

            “Tutup matamu.”

            Aku menutup mata.

            “Rasakan apa yang ada di sekitarmu.”

            Aku mencoba merasakan. Dan yang aku rasakan adalah angin asin menampar-nampar wajahku, desir ombak dan … “Kosong.”

            “Benar Widie, inilah jika kita hidup di dunia tanpa cinta. Kosong. Rasa sepi. Itu lebih buruk dari apapun. Dan aku sangat berterima kasih padamu telah mengisi hatiku yang kosong. Aku mencintaimu, Widie.”

            Aku tersentuh sekali. Ingin ku menangis karena bahagia.

            “Aku juga sangat mencintaimu.”

 Yudi kini memelukku.membelai-belai rambutku. 

“Terima kasih sayang,” kata Yudi.

10 mei 2012

            Mei ini adalah mei paling buruk dalam hidupku. Jika ada lagu “Wake me up when november rain.” Maka akan aku ganti dengan “Wake me up when Mei rain. Bagaima tidak? Kekasihku sedang berbaring lemah di rumah sakit. Sudah lima hari Yudi tidak sadarkan diri. Sementara ujian akhir nasional tinggal menghitung hari.

            Aku takut Yudi tidak bisa mengikuti ujian nasional. Aku lebih takut lagi Yudi kenapa-napa. Kita berdua sudah merencanakan untuk kuliah di Universitas yang sama. Ugh … aku harus yakin kalau Yudi akan segera sembuh. Aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak. Aku harus rajin berdoa juga.

            Sekarang, aku, Nada, leo dan Ardi sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Yudi.  “Yudi pasti akan baik-baik saja,” kata Nada menenangkanku. Aku mengangguk lemah.

            “Aku sangat menyayanginya, Nad,” ujarku.

            “Kita semua yang ada di sini menyayanginya. Kita berdoa dan serahkan ini pada Tuhan.”

            Aku mengangguk sekali lagi.

30 mei 2012

            Ternyata Mei tahun ini benar-benar kelabu. Aku tak menyangka akan secepat ini. Orang yang sangat aku sayangi. Orang yang sangat aku cintai. Kini telah tiada untuk selamanya. Kanker  otak merenggutnya dari kehidupan ini. walaupun dia masih muda. Tetapi itu bukan jaminan.

            Ini tidak mudah. Namun aku harus kuat. Aku harus tegap melangkah. Bagiku Yudi adalah separuh hidupku. Tempatnya di hatiku tak kan tergantikan. Dan aku tidak boleh menangisinya terus menerus. Itu hanya akan membuatnya tidak tenang disana.

            Ujian akhir nasional telah berlalu. Saat aku menyadari jika Yudi tidak bisa mengikutinya karena masih lemah di rumah sakit, aku sangat khawatir kalau nanti Yudi akan mengulang lagi masa SMA dan impian kita berdua untuk masuk Universitas yang sama hanya sebuah mimpi belaka. Dan kini impian itu musnah. Hancur berkeping-keping. Apakah nanti aku bisa menghadapi dunia ini tanpa Yudi di sisiku?

            Dulu aku pernah bilang aku selalu merindukan hujan. Aku merindukan hujan seperti hujan yang turun saat ini. Aku menari-nari dalam rinai hujan. Setelah puas aku berbisik pada nisan Yudi.


            “Terima kasih sayang, kamu ingat hari ulang tahunku. Hujan ini kado terindahku.”

Monday, March 20, 2017

Cerpen Seorang Gadis di Jembatan Merah





Penulis: Havidz Antonio



Sudah larut malam, sekitar jam setengah satu. Jalanan sepi dan lengang. Tinggal segelintir orang yang masih terjaga. Itupun cuma bapak-bapak yang asyik ngobrol ngalor-ngidul sambil main catur di warung-warung kopi pinggir jalan. Sementara lampu-lampu kota masih berkelap-kelip megah, menghiasi malam yang dingin.

Seperti biasa, jam segini Arya baru pulang dari siaran. Pria dua puluh empat tahun itu berprofesi sebagai seorang penyiar radio yang cukup terkenal di kota Jepara. Jam kerjanya sampai selarut ini kalau malam Selasa dan Minggu. Baginya, menjadi seorang penyiar radio profesi yang sangat menyenangkan dan menguntungkan. Di samping nilai komersilnya yang bisa untuk menambah uang kuliah, dia juga mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan. Terutama di bidang musik dan ertentaint.

Biasanya, jika pulang dari siaran, Arya lebih suka melewati jembatan merah. Walau dia bisa saja lewat tengah kota, lebih aman. Hanya saya lewat jalur jembatan merah lebih cepat sampai ke kostnya.

Jembatan itu di namakan jembatan merah karena memang warna jembatannya merah. Panjangnya tidak seberapa dan lebarnya bahkan tidak muat di lewati dua motor bersimpangan. Jadi harus bergantian kalau mau lewat. Sedangkan di bawah jembatan merah itu, sebuah sungai yang airnya tidak jernih juga tidak terlalu keruh. Sekarang mana ada sih, sungai di perkotaan yang airnya betul-betul jernih?

Saat mau melewati jembatan merah itu, Arya melihat sesosok manusia di ujung jembatan sebelah selatan. Karena panjang jembatan yang tidak terlalu panjang, Arya bisa melihat kalau sosok itu seorang gadis. Segala pikiran berkecamuk di benak Arya. Mulai dari hantu kuntil anak sampai gadis yang mau mencoba bunuh diri. Lekas Arya menyeberang.

Di dorong oleh perasaan ingin tahu, Arya turun dari motornya. Sesaat dia memerhatikan gadis itu. Wajahnya tampak kuyuh. Tatapannya sedih menuju ke arah air sungai yang berkilau di terpa sinar rembulan. Maka pikirannya tentang seorang gadis yang mau bunuh diri semakin kuat. Arya memberanikan diri untuk mendekati gadis itu.

“Sendirian Mbak?” Arya menyapa bersahabat. Gadis itu mengangguk sekali.

 Arya terdiam beberapa saat. Dia memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sangat tak lazim, seorang gadis cantik duduk sendirian di pinggir sungai?

Boleh ikut duduk di sini?”

Gadis itu hanya mengangguk sekali lagi tanpa mengalihkan perhatiannya.

Larut malam begini sendirian, Apa tidak takut? tanya Arya.

Takut dari apa?” kata gadis itu tanpa mengalihkan perhatiannya.

Hantu mungkin?” jawab Arya ngasal.

Nggak,” kata gadis itu, masih tanpa mengalihkan perhatiannya.

Arya tidak tahu mesti ngapain. Mungkin lebih baik ia pergi saja. Tapi sisi ingin tahunya menggelitik.

“Ngapain sendirian di sini, Mbak?”

“Duduk.”

Jawaban yang padat.

Kita belum kenalan. Boleh kenalan?” ucap Arya. “Aku, Arya. Mbak ini siapa?”

“Nila.”  jawab gadis itu tetap tanpa mengalihkan perhatiannya.

“Nila.” gumam Arya “Indah sekali namamu, Mbak.”

Gadis itu entah karena mendengar ucapan Arya barusan atau karena apa, tersenyum.

Ya. tapi sebagian orang nggak berpendapat kayak gitu,” gadis bernama Nila itu berkata tapi seperti tidak menganggap kehadiran Arya. Dia masih tetap menatap air sungai tanpa memerhatikan Arya.

Kenapa sebagian orang tidak menganggap gitu? tanya Arya ingin tahu.

Tidak ada sahutan.

Arya akhirnya mencari bahan perbincangan lain.

Ngomong-ngomong sedang apa kamu di sini, Mbak?”

Aku akan bunuh diri dengan lompat dari jembatan ini,” kata Nila sungguh-sungguh. Arya kaget mendengarnya, seperti dugaannya tadi. Namun Arya berusaha setenang mungkin.

Mengapa kamu ingin bunuh diri, Mbak? Dosa, lho

Akhirnya Nila mengalihkan perhatiannya ke Arya. Arya kini bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas. Cantik. Namun pucat. Mungkin gadis ini terlalu banyak bersedih dan menangis, batin Arya. Terlihat sekali dari wajahnya tidak memancarkan gairah hidup. Meskipun sinar rembulan yang keemasan memantul di wajahnya.

Kenapa aku harus cerita sama kamu?” Nila balik bertanya.

Mungkin mulai sekarang kita bisa berteman,” Arya mencari alasan. Dia tidak menyangka alasan itu ternyata berhasil.

Baiklah, aku akan menceritakannya kepadamu,”  kata Nila.

---0---

            “Al? Bagaimana kalau aku hamil ?

Aku akan bertangung jawab,” kata Aldo meyakinkan Nila. Keraguan Nila akan kata-kata Aldo perlahan musnah saat tatapan pria itu menyentuh relung hatinya. Lagian, pria yang sangat dicintainya itu memang tak pernah membohonginya.

Namun setelah kejadian malam itu di kamar hotel. Nila jarang bertemu Aldo. Aldo seperti menghindarinya. Tentu saja Nila sangat khawatir apalagi dia positif hamil. Semakin hari perutnya semakin membesar. Dia tentu saja tidak bisa tinggal dengan keluarganya. Kecuali, jika dia mengharap keluarganya mengetahui keadaanya dan pasti akan sangat kecewa kepadanya. Nila sama sekali tidak mengharapkan itu. Maka, untuk sementara Nila tinggal di kostnya Erna, sahabat yang setia membantunya.

Aldo telah menghilang. Entah kemana tidak ada yang tahu. Nila bertanya kesana-kesini. Mencari kesana-kesini. Tidak ada yang tahu keberadaan pria itu. Teman-teman Aldo pun tidak ada yang tahu. Maka satu-satunya harapan Nila adalah keluarga Aldo. Tetapi Nila sendiri tidak tahu di mana keluarga Aldo tinggal.

Ya, Tuhan apa yang harus aku lakukan.”  Nila tak ubah seorang gadis yang kehilangan aral. Beruntung salah seorang teman Aldo iba melihat penderitaan Nila. Dia memang dibungkam Aldo dengan uang agar diam, namun hati nuraninya telah terketuk. Dia memberi tahu alamat rumah  Aldo, di Jakarta.

Namun apa yang didapat Nila dari keluarga Aldo? Bukan sebuah perlindungan seperti bayangannya.  Malah suatu cercaan. Bahkan mereka menyuruh Nila menggugurkan saja kandungannya. Mereka akan memberi banyak uang jika Nila mau melakukannya. Tentu saja, Nila tidak mau melakukan itu. Bagaimanapun juga, bayi dalam kandungnya itu adalah darah dagingnya.

Sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh jua. Entah siapa yang memberi tahu, keluarga Nila telah mengetahui keadaan Nila yang sesungguhnya. Nila di paksa pulang dari kostnya Erna. Sesampainya di rumah Nila di kurung, tidak boleh keluar. Sekarang dia adalah aib keluarga yang harus disembunyikan, menjijkan.

Nila sangat menderita. Dia mengandung dengan tekanan batin yang menyiksa. Mungkin karena itulah yang menyebabkan ia keguguran. Nila sangat terpukul sampai-sampai kesadaran jiwanya terganggu. Berulang kali dia mencoba bunuh diri tapi selalu bisa digagalkan.

---0---

Nila mengusap air mata yang membasahi pipinya seusai menceritakan kisah pahit hidupnya kepada Arya.

Sekarang aku mau mati. Kuharap kamu tidak mencegahku seperti yang lainnya. Bukankah sekarang kamu temanku. Sebagai teman yang baik kamu harus membiarkan aku  memperoleh apa yang aku inginkan,” kata Nila lirih. Arya bergeming di tempatnya.

Aku tidak akan mencegahmu,” kata arya

Kamu sungguh teman baik,” kata Nila

Tapi pikirkan lagi, bunuh diri bukan solusi yang baik.

Tapi perkataan Arya seperti tak penah terdengar. Tiba-tiba, Nila beranjak dari duduknya. Rupanya, ia siap terjun ke sungai. Arya segera menambil inisiaf. Saat Nila akan meloncat, Arya segera memeganginya.

 Lepaskan aku. Kumohon. Aku ingin mati.”

Jangan melakukan hal bodoh, Mbak.

Kamu yang bodoh. Cepat lepaskan aku.”

Dengarkan aku, Mbak. Hidup harus tetap berlanjut. Apapun yang terjadi. Hidup adalah anu...

Aku tidak peduli dengan kata-katamu itu,” potong Nila. Sekarang lepaskan aku. Le-pas-kan.”

Arya makin panik. 

Baik. Baiklah. Tapi nanti dulu. Lihat ! Disana ada mobil yang sedang menuju kemari. Aku tidak mau kamu melakukannya sekarang sementara aku masih disini, Mbak . Bisa-bisa aku yang di tuduh membunuhmu.” ujar Arya mencari cara menenangkan Nila.

Aku tidak peduli. Lepaskan. Le-pas-kan…”

Yang di katakan Arya memang benar. Ada sebuah mobil yang sekarang berhenti di dekat mereka. Sebuah mobil ambulan. Dari dalam mobil keluar tiga orang berseragam putih khas petugas rumah sakt sakit. Salah satu dari ketiga orang itu berkata kepada Arya,Tolong Mas jangan lepaskan gadis itu. Pegang dia terus.”

Sementara itu Nila semakin gila-gilaan memberontak. Arya kewalahan memeganginya.

“le-pas-kan!”

Kedua petugas rumah sakit ikut membantu Arya. Sementara petugas yang satunya mengambil sesuatu dari kotak berwarna putih. Entah apa yang di keluarkannya, Arya tidak sempat  melihatnya karena Nila sudah seperti orang kesetanan. Dan tiba-tiba Nila mulai lemas, sedikit demi sedikit mulai tertidir.

Arya bingung dengan Nila yang tiba-tiba berubah.

Obat bius,” jelas salah satu petugas rumah sakit.

Perrlahan-lahan Nila mulai tak sadarkan diri. Dua di antara ketiga petugas rumah sakit itu membopong Nila ke dalam mobil ambulan. Petugas yang satunya paham sendiri sebelum Arya meminta penjelasan.

Kami dari rumah sakit jiwa kusuma. Gadis tadi adalah pasien kami yang kabur malam ini. Sungguh kami berterimah kasih kepada anda. Memang sering sekali dia mencoba bunuh diri.”

Oh…” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Arya.

Kalau tidak ada yang perlu di jelaskan lagi kami mohon diri.”

Sebelum petugas rumah sakit itu pergi, Arya mengajukan sebuah pertanyaan yang dia sendiri ragu apakah perlu menanyakannya.

Kalau boleh tahu siapa nama gadis itu?
 
Namanya Ani.”

Bukannya namanya Nila ?
 
Petugas rumah sakit itu tampak mengingat-ingat,Oh, Nila, itu nama yang sudah di siapkan untuk bayinya yang gugur saat masih dalam kandungan,” jelas petugas rumah sakit jiwa itu.




Thanks sudah membaca karya saya.
Jangan lupa tinggalkan Like dan Komennya.
Nuhun. 

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...