Search This Blog

Wednesday, May 8, 2019

Resensi Novel Orang-orang Biasa (yang Luar Biasa)karya Andrea Hirata


Judul Buku : Orang-Orang Biasa
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal Buku: xii + 300 halaman; 20,5 cm.
Cetakan: Pertama, Maret 2019
ISBN: 978-602-291-524-9

Orang-orang Biasa (OOB) adalah novel ke-10 karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Sama seperti novel-novel sebelumnya, Orang-orang Biasa menceritakan kisah-kisah kaum marginal. “Saya enggak bisa keluar dari tema orang-orang marjinal, orang terpinggirkan dan lain-lain. Karena saya berasal dari budaya seperti itu," kata Andrea dikutip dari Kompas.com dalam jumpa pers peluncuran novel Orang-orang Biasa di Diskusi Kopi, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019).

Saya sangat suka dengan karya-karya Andrea Hirata, maka ketika tahu OOB sudah beredar di toko buku, saya segera memburunya. Ada tiga penulis novel yang bukunya wajib saya punya, yaitu Dan Brown, Dee dan yah, tentu saja Pak Cik Andrea Hirata.

Sinopsis:

OOB dimulai dengan pernyataan Pak Cik bahwa novep OOB dipersembahkan untuk Putri Belianti, anak miskin yang cerdas, dan kegagalan yang getir masuk Fakultas Kedokteran, Universitas Bengkulu. Sebuah pembukaan yang getir menurut saya.


Lalu setelah persembahan sang penulis, mulailah OOB mengalirkan kisahnya. Diawali dengan setting kota Belantik, kota kecil di pinggiran yang miskin dan naif. Di dalam kota itu, mengalirlah banyak kisah.

Pertama, kisah tentang dua orang polisi dengan kegetirannya, yang tidak kunjung mendapatkan aksi heroik seperti menangkap maling dan membasmi penjahat, karena begitu damainya kota miskin Belantik. (Walaupun pada cerita lanjutnya ada kejahatan pencucian uang yang luar biasa di kota itu).

Kedua, kisah tentang sepuluh orang pecundang yang ditakdirkan hidup miskin, dan melarat, dan bodoh, dan selalu bernasip sial, tapi mereka berteman. Mereka ini Salud, Honorun, Junilah, Sobri, Tohirin, Rusip, Nihe, Handai, Dinah dan Debut Awaludin. Sepuluh gerombolan yang menggambarkan kaum marginal seutuhnya dengan persoalan hidup yang pelik. Dalam kisah sepuluh kawanan melarat ini  akan ada aksi yang mencengangkan yaitu merampok Bank.

Ketiga, kisah tentang Aini, anak dari Dinah (salah satu dari sepuluh sekawan melarat) yang diterima masuk Fakultas Kedokteran tapi tidak mampu membayar biaya masuknya. Aini inilah sebenarnya inti dari OOB. Sebuah kegetiran yang amat pahit. Kegagalan yang menyakitkan. Seolah OOB ingin mengatakan dengan tegas bahwa Indonesia belum merdeka dalam pendidikan.

Keempat, kisah-kisah pelengkap, yang semakin menyokong inti dari cerita. Seperti, kembalinya Kwartet bandit Mul di kota Belantik, empat kawanan kriminal yang terkenal di Belantik. Juga kisah Pak Akhirudin, seorang guru seni di SMEA. Juga ada kisah Boron dan Bandar, juga Trio Bastardin yang terlibat konspirasi pencucian duit rakyat alias korupsi. Kisah Dragonudin, kriminal yang jujur. Kisah-kisah kecil dari tokoh lain yang membuat OOB semakin kompleks.

Kelebihan dan Kekurangan OOB

Saya selalu bingung jika membicarakan kekurangan dan kelebihan dari dari karya Pak Cik Andrea Hirata. Sebab, yang saya anggap kekurangan ternyata juga kelebihan. Seperti pisau bermata dua.

1. Sama seperti buku Pak Cik sebelum-sebelumnya, menurut saya, OOB juga memiliki alur cerita yang acak-acakan. Banyak novel yang alurnya runtut dari A ke B ke C sampai Z. OOB punya alur yang acak, dari A ke D ke R lalu ke B, begitu tidak teraturnya. Tapi seperti yang saya katakan tadi, jika yang saya anggap kekurangan juga ternyata merupakan kelebihan. Sebab, alur OOB yang acak-acakan (yang jika dibuat film akan pusing sekali meruntutkannya) ternyata memiliki daya tarik tersendiri. Alur Pak Cik yang acak, memiliki satu ikatan yang klimaks, bulet dan mencerahkan. Jika sudah selesai membaca keseluruhan buku akan terasa seperti dihantam sebuah kesadaran yang total. Sebuah klimaks yang melegakan dahaga.

2. OOB memilih tema yang kurang di minati pembaca saat ini yakni kehidupan kaum marginal (kehidupan dari orang-orang yang dianggap bawah). Novel-novel laris di pasaran akhir-akhir ini, seperti yang saya tahu, adalah novel-novel  bertema romance remaja. Novel-novel bertema teenlit dari Wattpad sekarang sangat laris di pasaran. Tapi, meskipun begitu, OOB dengan tema seperti itu ternyata memiliki daya tarik sendiri. Ada sesuatu yang membuat orang terpikat meskipun temanya sekilas nggak banget. Seperti yang saya bilang tadi, kekurangannya ternyata juga kelebihannya.

3. Inilah yang saya suka dari karya-karya Andrea Hirata, selalu ada humor. Mengambil tema orang-orang melarat ternyata tidak melulu soal kesedihan. Pak Cik selalu menyelipkan banyak joke, banyak sudut pandang yang jenaka yang bikin pembaca tersenyum bahkan tertawa terpingkal-pingkal.

4. Yang saya suka dari karya Pak Cik lainnya adalah selalu ada kalimat-kalimat ajaib yang menggungah semangat untuk bermimpi. Selalu ada kisah yang membuat kita untuk kembali tegak memperjuangkam cita-cita. Pak Cik selalu membuat saya terharuh dengan kisah-kisah novelnya.

5. Klimaks. Ya, klimaks yang tidak terduga. Jalan cerita yang tidak bisa ditebak. Pak Cik Andrea sungguh luar biasa kalau soal itu. Di novel sebelumnya, Sirkus Pohon, saya sangat tercengang dengan klimaks yang tidak pernah saya duga (dan mungkin juga pembaca lain), di OOB juga begitu. Andrea Hirata benar-benar ahli kalau soal ini. Selalu memberi kejutan dalan sebuah kejutan.

Akhir kata, saya pribadi merekomendasikan anda untuk memiliki dan membaca novel OOB. Banyak pembelajaran yang bisa diambil, banyak joke yang sangat menghibur dan banyak cara berpikir dari sudut pandang yang berbeda.

Tuesday, April 2, 2019

MatiAnak, Film Horor Indonesia Terbaik Sepanjang 2019



Saya lumayan puas setelah nonton MatiAnak. Ini film horor Indonesia paling bagus sepanjang 2019 menurut versi saya.

Mulai dari akting pemainnya, alur ceritanya, Jump Scared-nya hingga klimaks.

MatiAnak berlatar belakang awal tahun 90-an. Ina (Cinta Laura) seorang perempuan yang rajin dan berkepribadian kuat, tinggal di sebuah panti asuhan yang miskin. Suatu hari, Kepala Desa membawa seorang anak laki-laki pendiam bernama Andi (8 tahun) hidup sebatang kara. Dia satu-satunya korban selamat dalam insiden pembunuhan satu keluarga yang misterius dan sadis, hingga menyebabkan Andi mengalami trauma fisik dan mental. Dipenuhi rasa iba dan yakin bahwa dengan kasih sayang ia dapat memulihkan trauma yang dialami Andi, Ina pun menerima Andi meski sang pemilik panti tidak menyetujui keinginannya. Namun, sejak kedatangan Andi, hal-hal aneh mulai terjadi. (Just Sinopsis ya. No spoiler)

Sama seeperti film horor akhir-akhir ini yang lagi booming mengambil tema sebuah organisasi pengabdi setan, MatiAnak tampaknya juga tak mau ketinggalan. Namun begitu, tak lantas membuat MatiAnak jadi film horor kacangan yang ikut-ikutan. Apalagi akting Cinta Laura yang natural mampu membius penonton, termasuk saya. Saya sempat bicara dalam hati lho, "Weh... Ternyata Cinta Laura bisa bahasa Indonesia ya. Hehehe." Kayaknya Cinta di sini berusaha menekan banget aksen bulenya.

Kalau membaca komentar netizen, banyak lho yang bilang kalau MatiAnak ini lebih baik dari Pengabdi Setan. Well, kalau menurut saya pribadi sih tetap bagusan Pengabdi Setan. 100 buat Pengabdi Setan, 80 buat MatiAnak. 

MatiAnak alur ceritanya jelas, klimaksnya jelas. MatiAnak terlalu main aman menurut saya. Tidak begitu spesial dengan hal-hal yang baru. Bagus, tapi belum bagus banget karena habis nonton saya tidak begitu penasaran mencari tahu ini dan itu, beda kayak pas habis nonton Pengabdi Setan. Saya sampai ngubrek-ngubrek Mbah Google saking masih penasarannya. Pengabdi Setan, banyak sekali alur dan klimaks yang masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Hukum karya fiksi kan memang begitu ya, semakin menimbulkan pertanyaan, semakin bagus. 

Tuesday, January 1, 2019

Menikah

Perempuan itu selalu jengkel dengan pemikiran gadis-gadis yang hanya ingin menjadi pengurus rumah tangga bagi suami mereka setelah menikah. Maka dia bekerja keras mengembangkan usaha yang akan bisa membuatnya tetap merasa hidup jika dia sudah menikah nanti. Perempuan itu merintis bisnis salon kecantikan.

Lelaki itu mencemooh bahwa para gadis cenderung menunggu datangnya seorang suami yang akan mencukupi segala kebutuhan hidup mereka. Dia ingin menikahi seorang perempuan yang mandiri dan bisa mencari uang sendiri. Semacam perempuan yang setara dengannya dan bisa menjadi partner sepanjang hidupnya, bukan hanya seorang pengurus rumah tangga.

Takdir pertemukan mereka. Lelaki itu adalah seorang pengusaha kafe dan seperti yang disebutkan tadi, perempuan itu adalah pengusaha salon kecantikan. Mereka berdua tinggal di tengah kota, di sebuah rumah kecil yang hanya hanya memiliki tiga ruangan. Satu ruangan untuk bersantai dan menerima tamu, dan dua ruangan masing-masing untuk kamar tidur mereka. Mereka melakukannya karena masing-masing merasa tak nyaman mesti berpakaian atau melepas baju dalam satu ruangan. Jadi lebih baik mereka memiliki kamar terpisah, dan ruangan santai merupakan tempat netral untuk mereka bertemu.

Mereka tak perlu pembantu rumah tangga. Mereka memasak sendiri dan sesekali mempekerjakan seorang wanita tua di pagi dan sore hari.

"Bagaimana jika kalian punya anak?" tanya orang-orang yang ragu.

"Tak akan ada anak!"

Semua lancar-lancar saja. Mereka pagi-pagi berangkat kerja dan pulang sore, kadang malam, kadang tidak pulang karena keluar kota. Mereka sarapan bersama, si istri memasak dan si suami yang mencuci piring. Sebelum tidur di kamar masing-masing mereka saling mengucapkan selamat tidur lalu pergi ke kamar masing-masing, tanpa mengunci pintu. Ketika pagi, yang bangun terlebih dulu akan pergi ke depan pintu kamar yang lain lalu mengetuk pintu dengan lembut.

"Good morning, Sweetheart, apa kabarmu hari ini?"

"Baik, Sayang. Kamu?"

Jika mereka punya waktu santai lebih, mereka akan mengobrol di ruang santai, atau menonton film ditemani pizza dan coca-cola, tertawa-tawa dan bergembira.
Tentu saja mereka saling mencintai sebagaimana halnya sepasang suami istri. Pertemuan mereka di saat sarapan selalu bagaikan sebuah pengalaman baru yang tak pernah membosankan.

Mereka sering pergi bersama di malam hari dan menjumpai teman-teman mereka. Semua orang bilang jika pernikahan mereka ideal. Pasangan yang romantis dan berbahagia.

Namun, orang tua si istri yang tinggal di desa, selalu menanyakan tentang cucu.

"Kapan kalian akan memberi Mama, cucu?"

"Maaf, Mama, kami tidak ingin memikirkan tentang mempunyai keturunan. Kami cukup bahagia. Dan Mama kan sudah punya cucu dari kakak," kata si Istri.

"Pikirkanlah lagi, sayang."

Hidup ini amat menyenangkan. Tak satu pun diantara mereka menjadi majikan bagi yang lainnya dan mereka saling berbagi penghasilan. Kadang si suami dapat penghasilan lebih banyak, terkadang malah si istri, namun pada akhirnya mereka berdua menyumbang jumlah yang sama untuk tabungan mereka.

Lalu, suatu hari tiba, hari di mana si istri ulang tahun. Ia terbangun di pagi hari dan mendapati secarik kertas di depan meja riasnya.

"Untuk istriku, dari suamimu yang berharap kamu berbahagia hari ini dan memohon kesediaannya untuk menemaninya pada acara sarapan istimewa - sekarang juga."

Si istri mengetuk kamar suaminya dan masuk. Lalu mereka sarapan berdua sambil duduk-duduk di atas ranjang yang lebar. Kebahagiaan mereka tak pernah pudar. Hari itu mereka bercinta sampai sore. Sebuah hari ulang tahun yang manis.

Seminggu berlalu sejak ulang tahun si istri. Si istri tiba-tiba jatuh sakit. Dia jadi sering memuntahkan isi perutnya dan kepala pusing. Si suami mengira si istri terserang semacam kuman.

Sesuatu yang aneh terjadi. Tubuh si istri membengkak. Apakah dia terserang tumor? Suaminya amat cemas. Si suami mengajakknya ke dokter dan mereka pulang dengan beruai air mata. Ada sesuatu yang tumbuh di tubuh si istri. Sesuatu yang kelak akan bisa berpikir sendiri.

Si istri hanya bisa menangis. Apa jadinya kini? Dia tidak akan lagi bisa mencari uang dan terpaksa hidup tergantung pada suaminya?

Segala kehati-hatian mereka, kewaspadaan mereka, telah kandas, hancur lebur terbawa debu.

Tapi sang ibu mertua sangat bahagia dan bersemangat.

"Kita harus melakukan syukuran. Kamu harus ke rumah Mama dan Mama akan segera mengundang para tetangga untuk merayakan hal ini."

Si istri hanya bisa pasrah.

"Tak apa-apa," kata Ghio si suami pada istrinya agar melupakan kenyataan bahwa dia kini tak bisa bekerja.

"Kau sudah melakukan tugasmu sebagai ibu dari bayi itu. Bukankah itu sama dengan bekerja."

Memakan waktu lama bagi si istri untuk menerima kenyataan bahwa dia kini harus bergantung pada suaminya. Namun, saat bayi mereka lahir, dia melupakan semua itu. Dia tetaplah istri dan partner suaminya seperti dulu, dengan tambahan, dia juga menjadi ibu bagi anak mereka. Dan suaminya menganggap itu ternyata lebih baik dari apapun di dunia.




----------
Havidz Antonio

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...