Search This Blog

Thursday, October 19, 2017

Mereka Bilang, Saya Anjing!




"Dasar anjing!" umpat mereka.
"Ssst. Lihat itu, ada anjing buduk. Jijik banget, ya," cemooh mereka.
"Woi... anjing sialan. Pergi lo dari sini," caci maki mereka.
Begitulah umpatan, cemooh dan caci maki mereka.
Beginilah, mereka bilang, saya anjing!
***
Mereka bilang, saya anjing!
Karena saya tak merasa anjing, maka tak saya gubris apa yang mereka bilang. Saya tetap menjalani hari-hari biasa dengan biasa-biasa saja. Bangun tidur, berangkat kerja, pulang kerja, tidur lagi. Sesekali pergi pergi ke bioskop. Atau ke bar. Atau ke pantai. Atau ke gunung. Atau tak pergi sama sekali.
Hari-hari saya berjalan normal. Hingga pada suatu ketika di hari Senin yang sibuk, orang-orang yang berpapasan dengan saya memandang aneh dan bekomat-kamit mulutnya seperti sedang merapal mantra. Orang-orang di jalan, orang-orang di kantor, orang-orang pegawai KFC hingga orang-orang yang menyamar jadi orang-orangan, semuanya sama, memandang aneh saya dengan mulut komat-kamit. Apa ada sesuatu yang salah pada diri saya? Apa saya lupa mengoleskan pomade ke rambut? Apa saya lupa menyemprotkan minyak wangi? Apa risleting celana saya terbuka?
Dan jawaban itu baru saya ketahui ketika seorang anak Tk berseru pada Ibunya.
"Mom, lihat anjing itu. Boleh aku memilikinya?"
Ibunya menggeleng tegas. "Itu anjing yang amat jelek, sayang. Kita beli saja anjing yang lebih cantik."
Mendengar mereka bilang saya anjing, lekas-lekas saya mencari kaca. Dari pantulan bayangan di kaca saya melihat diri saya. O, mengapa mereka bilang saya anjing? Apa mata mereka sedang mengalami katarak massal?
Saya masih seperti yang biasa kok. Hidung masih mancung. Telinga masih normal, tidak memanjang. Lidah juga tidak menjulur meneteskan liur seperti seharusnya Anjing. Suara saya juga tidak menggonggong.
Lalu mengapa mereka bilang saya anjing?
***
Mereka bilang, saya anjing!
Padahal, mereka sendiri adalah anjing. Kenyataan ini terungkap pada suat pagi di hari Selasa yang cerah. Orang-orang yang saya lihat tiba-tiba berubah menjadi anjing!
Malah, berupa-rupa bentuk mereka. Bervariasi. Berkombinasi. Berimprovisasi. Dan ber-ber yang lain.
Ada yang rupanya utuh seekor anjing. Ada yang setengah-setengah. Setengah anjing, setengah manusia. Setengah anjing, setengah ular. Setengah anjing, setengah babi. Setengah anjing, setengah jin.
"Anjing kok teriak anjing," aku berteriak jengkel saat mereka berbisik-bisik di belakangku, mengataiku anjing.
Dan lihatlah kelakuan anjing-anjing itu. Benar-benar mirip anjing. Makan dengan cara anjing. Menggonggong serupa anjing. Kencing ala anjing. Bercinta selayaknya anjing, dengan anjing.
***
Gerangan apa yang terjadi? Malam-malam begini mereka melolong. Berguguk ria. Menguik.
Ah, dasar anjing-anjing itu.
Tetangga samping rumahku itu, lelaki bertubuh anjing berkepala buaya dan istrinya, wanita bertubuh anjing berbulu beruang, saling menguik dan mengumpat.
"Kau ini anjing. Punya istri masih saja main gila sama sekretaris anjingmu itu," nguik si wanita anjing berbulu beruang. Suaminya, si anjing berkepala buaya balas menguik.
"Ah, itu cuma caramu mengintimidasi. Bilang saja kau perlu tambahan uang untuk merawat bulu-bulu beruang di badan anjingmu itu."
Ah, biarkan saja anjing-anjing itu!
***
Teman sekantorku itu, seekor anjing. Kepala, badan, kakinya, nguiknya, semuanya anjing. Hanya satu bagian yang tidak. Kelaminnya! Kelaminnya serupa milik kuda.
"Bayangkan jika kau mempunyai kelamin sebesar ini dan setiap saat ereksi?" katanya.
Saya bergidik ngeri.
Maka, setiap malam, temanku itu selalu menyelusuri club-club malam. Baik yang lampunya berpendar-pendar maupun yang remang-remang. Mencari anjing-anjing betina bergincu merah. Lalu mengawinya semalam saja.
***
Hari-hari berlalu dan masih saja mereka bilang saya anjing.
Bingunglah saya. Di mana letak keanjingan saya?
Kembali saya meraih kaca. Sekadar memastikan. Lihatlah, wujud saya manusia. Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Suara saya juga suara manusia.
Lalu mengapa mereka masih bilang, saya anjing?
***
"Dasar Anjing," umpat seekor anjing sempurna kepada saya. Anjing sempurna itu akhirnya tahu jika pekerjaannya seringkali saya sabotase.
Anjing sempurna! Ya, saya bilang begitu karena ia tampak benar-benar serupa anjing. Tak ada kombinasi aneh-aneh di badannya. Tidak seperti anjing-anjing campuran lainnya.
"Eh, lo buta ya? Lihat baik-baik. Siapa yang anjing? Buktiin bagian tubuh mana dari saya yang anjing?" saya balas mengumpat.
"Otak lo itu, otak anjing bego!" makinya tegas.
Saya terdiam. Akhirnya saya tahu jawabannya, mengapa mereka bilang saya anjing!


Penulis,
Havidz Antonio

2 comments:

  1. bagus cerpennya alurnya gk bisa ketebak mengapa bisa jadi anjing. mantap lanjutkan cerpennya

    ReplyDelete

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...