Aku Hanya Seorang Pria Kesepian
Sepi, kujalani hari-hari
Pagi, siang, malam, terasa sunyi
Seperti hujan tanpa pelangi
Bagai malam tak berembulan
Kawan, kadang aku bertindak gila di depanmu
Berbuat onar, jahil tak karuan
Semata hanya untuk membuat kalian senang
Agar kalian tak meninggalkanku
Aku hanya seorang pria kesepian
Dalam keramaian aku hampa
Ada lubang kosong menganga di tengah hati
Barangkali perlu diisi
Oleh cinta, cinta sejati
Sebuah rumah
Ya, rumah
Tempat di mana ada orang-orang yang
mencintaiku
Membutuhkanku
Merindukanku
Di manakah bisa kutemukan rumahku?
Tolong kasih tahu aku!
Aku pria kesepian
Aku
ingin pulang ke rumah
Aku Ingin Pulang ke Bintang
Payah, waktu berputar amat cepat
Atau langkahku saja yang terlalu lamban?
Selalu berada di tempat yang tidak
tepat.
Seperti mencari embun di angka delapan.
Jangan tanya padaku, "Berapa lama
kau mampu bertahan?"
Apalagi dengan suara manja di tengah
peperangan
Jangan tanya pula, "kapan kau akan
berhenti?"
Karena tak tahu aku jawabannya, hanya
bisa bernyanyi, tanpa lagi merutuki dan bermimpi.
Aku selalu mencarimu
Kau tak ada di kakiku, di tanganku, di
bibirku, di otakku
Di mana kau?
Mungkinkah kau telah mati?
Waktuku tidak lagi lama
Aku akan segera pulang ke bintang
Aku ingin turut membawamu ke sana
Cahaya yang kutahu telah hilang
Aya
Sepeda tua,
tergeletak di
belakang rumah
Besinya sudah
berkarat, tetap kurawat
Lalu kukayuh
menyusuri pematang,
memungut serpihan kenangan yang berkelabat,
pada sosok
lelaki cemara berbau sangit
Kulitnya legam
terpanggang matahari langit
Saban sore aku
didudukkan di belakang jok sepeda onta
Berpuisi ia, tentang apa saja, aku mendengarkan sambil makan kembang gula
Ilalang padi,
kerikil, kawanan Bondol Peking, senja hari,
jadi pukau
puisi,
menghiasi hati
lelaki dan si kecil
Tersimpan hingga
kini,
di ujung jalan
si kecil bersauh
Terngiang suara di antara desau
"Jika
nanti ananda dewasa, carilah cinta yang bersahaja"
"Iya
aya, aya
tercinta"
Ayah,
kini si kecil telah dewasa
Belum temukan
cinta sahaja
Yang kasihnya
seluas samudra
seperti kasihmu
Yang memberi
banyak warna seperti warna
yang kau beri di masa kecilku
Ayah,
dalam puisi aku
merindukanmu
Ayah,
damai di rumah Tuhan, aku selalu menyayangimu
Ayah,
Dengan sepeda
tua, kuantarkan peluk untukmu
No comments:
Post a Comment