Sayang
Opo kowe krungu jerite
atiku
Mengharap engkau
kembali
Sayang
Nganti memutih rambutku
Rabakal luntur tresnaku
Mau diam-diam pura-pura
jaim sekalipun, hampir semua orang indonesia yang hobi dengar musik, sedikit-banyak
pasti tahu lirik lagu di atas. Sayang, lagu yang dipopulerkan Mbak Via Vallen
ini telah jadi fenomena tersendiri di negeri kita sekarang, jadi viral istilahnya.
Videonya di YouTube saja sudah lebih dari lima puluh juta kali ditonton.
Pencapaian paling fantastis untuk lagu bergenre dangdut koplo.
Mbak Via Vallen, yang
punya nama lengkap Maulidia Oktavia ini, bisa dibilang adalah penggebraknya
transformasi dangdung koplo zaman sekarang, dari musik yang dianggap sebelah
mata hingga jadi musik yang digemari banyak kalangan. Perempuan kelahiran
Surabaya, 1 Oktober 1991 ini telah mampu merubah imej musik dangdut koplo, dari musik kalangan menengah bawah, hingga
kini telah jadi musik yang memeluk semua kalangan. Bukan hal baru lagi, jika
sekarang banyak kafe-kafe atau pertunjukan musik papan atas menampilkan dangdut
koplo.
Tentunya, jika kita mau
jujur, para penyanyi dangdut koplo telah sering mendapatkan citra negatif dari
berbagai pihak. Banyak nyinyir yang memberikan labelisasi “dagang susu” atau
“goyang maksiat”. Dan hal itu diperparah dengan beberapa biduanita yang memang
melakukan hal tersebut. Beberapa “itu” lebih banyak menjual “goyang maksiat”
daripada kualitas suara atau pun kualitas perform
yang apik di atas panggung. Jadi tidak heran lagi, jika para biduanita
dangdut koplo kita kebanyakan telah dicap buruk oleh khayalak umum.
Namun, Mbak Via Vallen
telah berhasil mematahkan stigma buruk tersebut. Apalagi disusul Mbak Nella
Kharisma yang juga punya attiude
berkarya yang baik juga. Suara mereka yang bening, gaya busananya yang smart, dandanannya yang elegan, plus goyangannya yang simpel-artsy, keseluruhannya tidaklah given dari langit. Performance demikian telah berproses sedemikian rupa melalui suatu
“interaksi-nexus” (hal-hal yang meliputinya-dijalaninya), lalu jadi ciri khas
mereka sekarang. Dan dari buahnya inilah dangdut koplo jadi fenomena yang viral
di negeri ini. Mengangkat harkat dan martabat dangdut koplo.
Mbak Via Vallen bergelut
dengan dunia tarik suara sejak kelas lima SD. Meski kini kondang sebagai
penyanyi dangdut nasional, rupanya Mbak Via Vallen sangat menyukai genre musik
pop rock sejak menginjak usia remaja. Grup band asal Amerika Serikat,
Evanescence, dan penyanyi dengan dandanan nyentrik, Avril Lavigne adalah
inspirasi Mbak Via Vallen.
Saking sukanya sama dua
penyanyi luar negeri tersebut, Mbak Via Vallen kemudian merasa tertantang. Jika
masyarakat Indonesia bisa menikmati musik barat, mengapa dangdut tidak bisa
dikenal di luar negeri? Pertanyaan itulah yang ingin dijawab Mbak Via Vallen
melalui musik-musiknya.
Sejak
awal, Mbak Via Vallen tidak ingin meniru gaya “lama’’ penyanyi dangdut yang lain.
Dia ingin tampil dengan style yang
lebih segar, muda, dan modern. Gaya perempuan Korea yang dewasa, namun tetap
imut atau sentuhan padu padan Harajuku ala Jepang menjadi rujukannya. Pemilihan
gayanya itu ternyata sempat mendapat sedikit “tentangan’’ dari sang bunda,
Rosida. Ibunya meminta Mbak Via memakai gaun-gaun supergemerlap hingga sepatu
hak belasan sentimeter. Maklum, tren tersebut sedang menjadi gaya andalan penyanyi-penyanyi
dangdut terkenal.
Berkat gaya
berpakaiannya yang beda, muda, dan kualitas vokal yang prima, karir Mbak Via
melambung. Tidak hanya berhasil menembus panggung nasional dan tampil di layar
kaca, Mbak Via bahkan pernah diundang menyanyi ke luar negeri.
Mbak
Via Vallen bahkan saat ini bisa dibilang sebagai salah satu “penguasa” panggung
dangdut. Statusnya itu semakin dikokohkan dengan bejibun fans yang menggandrunginya.
Para penggemar Mbak Via itu menghimpun diri dengan nama Vianisty. Pengukuhan
suksesnya Mbak Via Vallen juga terjawab dengan memenangi beberapa penghargaan
bergengsi, mengalahkan penyanyi kondang lainnya, seperti Mbak Ayu Ting Ting ada
Mbak Zaskia Gothik.
Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia.
Semarang, Rabu, 27 September 2017
No comments:
Post a Comment