Judul Buku: Sirkus Pohon
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Penerbit Bentang
Tahun Terbit: 2017
Ada
dua alur penting dan dua tokoh utama dalam novel ini. Pertama tentang kisah
penantian cinta Tegar dan Tara yang selalu tidak pernah bertemu hingga sampai
pada akhir-akhir cerita. Kedua tentang sosok Hob dengan berbagai kisahnya,
tentang cintanya yang rumit, tentang pekerjaannya sebagai badut sirkus dan
tentang pohon delima yang menjadi aikonik
di alur novel ini.
Pertama
tentang Tegar dan Tara. Kedua anak manusia ini dipertemukan di Pengadilan Agama
saat kedua orang tua mereka sedang melakukan proses perceraian. Mereka masih
sangat kecil. Pertemuan mereka dimulai ketika Tara ingin main perosotan namun
selalu diserobot anak lain. Berulang kali melihat Tara begitu, Tegar yang
sedang main gelantungan di palang besi beranjak membantu Tara agar bisa bermain
perosotan. Jangan takut aku akan menjagamu, kata Tegar. Dan pertemuan singkat
itu terbayang-bayang dalam benak Tegar dan Tara. Hingga membuat keduanya saling
mencari hingga mereka dewasa.
Tokoh utama selanjutnya adalah Hob sebagai tokoh aku
dalam novel ini. Hob memiliki jalan cerita yang unik. Hob digambarkan sebagai
orang yang sulit mendapatkan pekerjaan hingga suatu saat diterima bekerja
sebagai badut sirkus. Hob juga memiliki jalan cerita asmara yang cukup tragis.
Dinda, wanita yang akan dilamarnya mendadak mengalami gangguan jiwa. Namun Hob
tetap setia kepada Dinda. Lalu pohon delima yang tumbuh di pekarangan rumahnya,
menjadi inti dari terjalinnya alur-alur konflik yang pelik sekaligus lucu
menggemaskan.
Secara keseluruan, Sirkus Pohon merupakan novel yang
sangat bagus dan recommended untuk
dibaca. Membaca sirkus pohon seperti membaca fairy tale modern. Pak Cik Andrea sekali lagi mampu menyuguhkan
sebuah karya yang indah, dimana sastra, keunikan budaya, joke dan eksplosion-eksplosion
yang tidak terduga membaur menjadi kompleksitas yang keren.
Salah satu kekuatan Pak Cik Andrea adalah
kejeniusannya dalam meramu joke yang
segar dan brilliant. Hal itu membuat
Sirkus Pohon sangat enak untuk dinikmati. Perpaduan antara suguhan realitas dan
dongeng dalam satu kompleks juga memanjakan pembaca. Dan semua itu di-klimaks-kan dengan ending yang tidak
terduga.
Namun begitu, ada sedikit cela dalam buku ini. Salah
satunya adalah seringnya pengulangan diksi yang itu-itu saja, sehingga tidak
lagi mencengangkan dan segar. Jika kita melihat novel sebelumnya, yakni Padang
Bulan dan Cinta dalam Gelas, hal serupa pun terjadi. Pula dengan kemegahan
semesta pengetahuan seperti yang ada dalam Laskar Pelangi tidak tampak.
Terakhir, saya tetap akan merekomendasikan buku ini
untuk dikoleksi.
Selamat membaca…
No comments:
Post a Comment