gambar from google |
Seks
anal secara umum diartikan sebagai aktivitas hubungan seksual dengan memasukkan
penis ke dalam anus. Tetapi, perilaku seksa anal ternyata tidak selalu
melakukannya dengan cara tersebut. Jari-jari tangan merupakan salah satu
anggota badan yang sering digunakan pengganti penis. Bahkan tidak jarang ada
yang menggunakan mulut dan lidah (anilingus) atau ada pula yang mempegunakan
alat bantu seksual yang khusus dibuat untuk itu.
Ini
adalah salah satu bentuk tingkah laku seksual yang beresiko besar, karena
jaringan kulit di tempat tersebut rawan perlukaan dan daerah tersebut
kondisinya selalu kotor. Karena permukaan dinding anus hanya sedikit
mengeluarkan zat lumbrikan. Karenanya jika suatu pasangan akan melakukan
penetrasi ke anus, biasanya diperlukan penambahan lubrikan.
Dekade
terakhir ini, terutama di barat, seks anal popular di lingkungan pria
homoseksual. Para pria yang melakukan hubungan seksual anal dengan sejenisnya
disebut pasangan aktif, kalau dia yang memasukkan penisnya ke dalam anus dan
sebaliknya disebut pasangan pasif kalau
anusnya yang dimasuki pasangannya. Pelaku anal seks umumnya sangat menyenangi
aktivitas ini, karena mereka bisa bergantian sebagai pasangan aktif kemudian
menjadi pasangan pasif. Pasangan pasif biasanya mersakan kenikmatan karena
adanya gesekan prostat melauli dinding anus. Kelenjar ini ada yang disebut
sebagai “G spot pria”, yang mudah dirangsang saat dilakukannya anal seks.
Tidak
semua pelaku homo seksual melakukan seks anal, dan sekelompok dari mereka
secara aktif melakukan advokasi dengan menyatakan bahwa aktivitas ini
merendahkan martabat pasangan pasif dan adanya resiko gangguan kesehatan.
Seks
anal juga dilakukan pada kelompok heteroseksual. Mereka beralasan untuk
mencegah kehamilan maupun menjag keperawanan. Selain itu mereka berpendapat
bahwa rangsangan lebih bisa dirasakan karena anus lebih mencengkram disbanding vagina.
Daerah
anus secara fisiologi dan anatomis merupakan bagian tubuh yang bukan
diperuntukan sebagai tempat untuk berhubungan seksual. Anus sangat berbeda
dengan vagina yang memang dipersiapkan untuk penetrasi penis. Secara alami
vagina akan menghasilkan lumbrikan, yang didukung dengan kerja otot. Permukaan vagina
terdiri dari lapisan mucus dengan beberapa lapis ephitel squamosal yang dapat
menahan gesekan tanpa menimbulkan kerusakan dan mampu melawan proses immunologis
yang ditimbulkan oleh sperma berikut cairannya.
Adanya
trauma yang berulang berupa gesekan dan regangan menyebabkan sphincter (otot
melingkar di anus) kehilangan tonusnya dan menurunkan kemampuan untuk menahan
keluarnya isi usus. Terlebih lagi yang perlu diingat bahwa pria yang melakukan
hubungan seksual dengan sesamanya akan mengalami gangguan kesehatan lebih besar
daripada berhubungan dengan wanita.
Selain
itu trauma berpotensi merusak dinding usus yang hanya memiliki satu lapisan
sel-sel dan dibawahnya ada jaringan pembuluh darah. Jaringan sel yang tipis ini
tidak akan mampu menghadapi gesekan pada saat penetrasi penis yang menimbulkan
trauma. Ditambah lagi adanya pendarahan, organisme dalam fases dan campuran
cairan-cairan ejakulasi mengandung komponen “immunosuppressive”. Kelrmahan pada
anus tadi dan adanya efek “immunosuppressive” maka seks anal menimbulkan
kondisi mudahnya penyebab HIV dan infeksi-infeksi lain. Seperti:
1. Kanker
anal
2. Clamydia
trachomatis
3. Cryptosporidium
4. Giardia
Lamblia
5. Herpes
simplex virus
6. HIV
7. Humam
papilloma virus
8. Isospora
belli
9. DLL
No comments:
Post a Comment