Search This Blog

Monday, March 20, 2017

Cerpen Seorang Gadis di Jembatan Merah





Penulis: Havidz Antonio



Sudah larut malam, sekitar jam setengah satu. Jalanan sepi dan lengang. Tinggal segelintir orang yang masih terjaga. Itupun cuma bapak-bapak yang asyik ngobrol ngalor-ngidul sambil main catur di warung-warung kopi pinggir jalan. Sementara lampu-lampu kota masih berkelap-kelip megah, menghiasi malam yang dingin.

Seperti biasa, jam segini Arya baru pulang dari siaran. Pria dua puluh empat tahun itu berprofesi sebagai seorang penyiar radio yang cukup terkenal di kota Jepara. Jam kerjanya sampai selarut ini kalau malam Selasa dan Minggu. Baginya, menjadi seorang penyiar radio profesi yang sangat menyenangkan dan menguntungkan. Di samping nilai komersilnya yang bisa untuk menambah uang kuliah, dia juga mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan. Terutama di bidang musik dan ertentaint.

Biasanya, jika pulang dari siaran, Arya lebih suka melewati jembatan merah. Walau dia bisa saja lewat tengah kota, lebih aman. Hanya saya lewat jalur jembatan merah lebih cepat sampai ke kostnya.

Jembatan itu di namakan jembatan merah karena memang warna jembatannya merah. Panjangnya tidak seberapa dan lebarnya bahkan tidak muat di lewati dua motor bersimpangan. Jadi harus bergantian kalau mau lewat. Sedangkan di bawah jembatan merah itu, sebuah sungai yang airnya tidak jernih juga tidak terlalu keruh. Sekarang mana ada sih, sungai di perkotaan yang airnya betul-betul jernih?

Saat mau melewati jembatan merah itu, Arya melihat sesosok manusia di ujung jembatan sebelah selatan. Karena panjang jembatan yang tidak terlalu panjang, Arya bisa melihat kalau sosok itu seorang gadis. Segala pikiran berkecamuk di benak Arya. Mulai dari hantu kuntil anak sampai gadis yang mau mencoba bunuh diri. Lekas Arya menyeberang.

Di dorong oleh perasaan ingin tahu, Arya turun dari motornya. Sesaat dia memerhatikan gadis itu. Wajahnya tampak kuyuh. Tatapannya sedih menuju ke arah air sungai yang berkilau di terpa sinar rembulan. Maka pikirannya tentang seorang gadis yang mau bunuh diri semakin kuat. Arya memberanikan diri untuk mendekati gadis itu.

“Sendirian Mbak?” Arya menyapa bersahabat. Gadis itu mengangguk sekali.

 Arya terdiam beberapa saat. Dia memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sangat tak lazim, seorang gadis cantik duduk sendirian di pinggir sungai?

Boleh ikut duduk di sini?”

Gadis itu hanya mengangguk sekali lagi tanpa mengalihkan perhatiannya.

Larut malam begini sendirian, Apa tidak takut? tanya Arya.

Takut dari apa?” kata gadis itu tanpa mengalihkan perhatiannya.

Hantu mungkin?” jawab Arya ngasal.

Nggak,” kata gadis itu, masih tanpa mengalihkan perhatiannya.

Arya tidak tahu mesti ngapain. Mungkin lebih baik ia pergi saja. Tapi sisi ingin tahunya menggelitik.

“Ngapain sendirian di sini, Mbak?”

“Duduk.”

Jawaban yang padat.

Kita belum kenalan. Boleh kenalan?” ucap Arya. “Aku, Arya. Mbak ini siapa?”

“Nila.”  jawab gadis itu tetap tanpa mengalihkan perhatiannya.

“Nila.” gumam Arya “Indah sekali namamu, Mbak.”

Gadis itu entah karena mendengar ucapan Arya barusan atau karena apa, tersenyum.

Ya. tapi sebagian orang nggak berpendapat kayak gitu,” gadis bernama Nila itu berkata tapi seperti tidak menganggap kehadiran Arya. Dia masih tetap menatap air sungai tanpa memerhatikan Arya.

Kenapa sebagian orang tidak menganggap gitu? tanya Arya ingin tahu.

Tidak ada sahutan.

Arya akhirnya mencari bahan perbincangan lain.

Ngomong-ngomong sedang apa kamu di sini, Mbak?”

Aku akan bunuh diri dengan lompat dari jembatan ini,” kata Nila sungguh-sungguh. Arya kaget mendengarnya, seperti dugaannya tadi. Namun Arya berusaha setenang mungkin.

Mengapa kamu ingin bunuh diri, Mbak? Dosa, lho

Akhirnya Nila mengalihkan perhatiannya ke Arya. Arya kini bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas. Cantik. Namun pucat. Mungkin gadis ini terlalu banyak bersedih dan menangis, batin Arya. Terlihat sekali dari wajahnya tidak memancarkan gairah hidup. Meskipun sinar rembulan yang keemasan memantul di wajahnya.

Kenapa aku harus cerita sama kamu?” Nila balik bertanya.

Mungkin mulai sekarang kita bisa berteman,” Arya mencari alasan. Dia tidak menyangka alasan itu ternyata berhasil.

Baiklah, aku akan menceritakannya kepadamu,”  kata Nila.

---0---

            “Al? Bagaimana kalau aku hamil ?

Aku akan bertangung jawab,” kata Aldo meyakinkan Nila. Keraguan Nila akan kata-kata Aldo perlahan musnah saat tatapan pria itu menyentuh relung hatinya. Lagian, pria yang sangat dicintainya itu memang tak pernah membohonginya.

Namun setelah kejadian malam itu di kamar hotel. Nila jarang bertemu Aldo. Aldo seperti menghindarinya. Tentu saja Nila sangat khawatir apalagi dia positif hamil. Semakin hari perutnya semakin membesar. Dia tentu saja tidak bisa tinggal dengan keluarganya. Kecuali, jika dia mengharap keluarganya mengetahui keadaanya dan pasti akan sangat kecewa kepadanya. Nila sama sekali tidak mengharapkan itu. Maka, untuk sementara Nila tinggal di kostnya Erna, sahabat yang setia membantunya.

Aldo telah menghilang. Entah kemana tidak ada yang tahu. Nila bertanya kesana-kesini. Mencari kesana-kesini. Tidak ada yang tahu keberadaan pria itu. Teman-teman Aldo pun tidak ada yang tahu. Maka satu-satunya harapan Nila adalah keluarga Aldo. Tetapi Nila sendiri tidak tahu di mana keluarga Aldo tinggal.

Ya, Tuhan apa yang harus aku lakukan.”  Nila tak ubah seorang gadis yang kehilangan aral. Beruntung salah seorang teman Aldo iba melihat penderitaan Nila. Dia memang dibungkam Aldo dengan uang agar diam, namun hati nuraninya telah terketuk. Dia memberi tahu alamat rumah  Aldo, di Jakarta.

Namun apa yang didapat Nila dari keluarga Aldo? Bukan sebuah perlindungan seperti bayangannya.  Malah suatu cercaan. Bahkan mereka menyuruh Nila menggugurkan saja kandungannya. Mereka akan memberi banyak uang jika Nila mau melakukannya. Tentu saja, Nila tidak mau melakukan itu. Bagaimanapun juga, bayi dalam kandungnya itu adalah darah dagingnya.

Sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh jua. Entah siapa yang memberi tahu, keluarga Nila telah mengetahui keadaan Nila yang sesungguhnya. Nila di paksa pulang dari kostnya Erna. Sesampainya di rumah Nila di kurung, tidak boleh keluar. Sekarang dia adalah aib keluarga yang harus disembunyikan, menjijkan.

Nila sangat menderita. Dia mengandung dengan tekanan batin yang menyiksa. Mungkin karena itulah yang menyebabkan ia keguguran. Nila sangat terpukul sampai-sampai kesadaran jiwanya terganggu. Berulang kali dia mencoba bunuh diri tapi selalu bisa digagalkan.

---0---

Nila mengusap air mata yang membasahi pipinya seusai menceritakan kisah pahit hidupnya kepada Arya.

Sekarang aku mau mati. Kuharap kamu tidak mencegahku seperti yang lainnya. Bukankah sekarang kamu temanku. Sebagai teman yang baik kamu harus membiarkan aku  memperoleh apa yang aku inginkan,” kata Nila lirih. Arya bergeming di tempatnya.

Aku tidak akan mencegahmu,” kata arya

Kamu sungguh teman baik,” kata Nila

Tapi pikirkan lagi, bunuh diri bukan solusi yang baik.

Tapi perkataan Arya seperti tak penah terdengar. Tiba-tiba, Nila beranjak dari duduknya. Rupanya, ia siap terjun ke sungai. Arya segera menambil inisiaf. Saat Nila akan meloncat, Arya segera memeganginya.

 Lepaskan aku. Kumohon. Aku ingin mati.”

Jangan melakukan hal bodoh, Mbak.

Kamu yang bodoh. Cepat lepaskan aku.”

Dengarkan aku, Mbak. Hidup harus tetap berlanjut. Apapun yang terjadi. Hidup adalah anu...

Aku tidak peduli dengan kata-katamu itu,” potong Nila. Sekarang lepaskan aku. Le-pas-kan.”

Arya makin panik. 

Baik. Baiklah. Tapi nanti dulu. Lihat ! Disana ada mobil yang sedang menuju kemari. Aku tidak mau kamu melakukannya sekarang sementara aku masih disini, Mbak . Bisa-bisa aku yang di tuduh membunuhmu.” ujar Arya mencari cara menenangkan Nila.

Aku tidak peduli. Lepaskan. Le-pas-kan…”

Yang di katakan Arya memang benar. Ada sebuah mobil yang sekarang berhenti di dekat mereka. Sebuah mobil ambulan. Dari dalam mobil keluar tiga orang berseragam putih khas petugas rumah sakt sakit. Salah satu dari ketiga orang itu berkata kepada Arya,Tolong Mas jangan lepaskan gadis itu. Pegang dia terus.”

Sementara itu Nila semakin gila-gilaan memberontak. Arya kewalahan memeganginya.

“le-pas-kan!”

Kedua petugas rumah sakit ikut membantu Arya. Sementara petugas yang satunya mengambil sesuatu dari kotak berwarna putih. Entah apa yang di keluarkannya, Arya tidak sempat  melihatnya karena Nila sudah seperti orang kesetanan. Dan tiba-tiba Nila mulai lemas, sedikit demi sedikit mulai tertidir.

Arya bingung dengan Nila yang tiba-tiba berubah.

Obat bius,” jelas salah satu petugas rumah sakit.

Perrlahan-lahan Nila mulai tak sadarkan diri. Dua di antara ketiga petugas rumah sakit itu membopong Nila ke dalam mobil ambulan. Petugas yang satunya paham sendiri sebelum Arya meminta penjelasan.

Kami dari rumah sakit jiwa kusuma. Gadis tadi adalah pasien kami yang kabur malam ini. Sungguh kami berterimah kasih kepada anda. Memang sering sekali dia mencoba bunuh diri.”

Oh…” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Arya.

Kalau tidak ada yang perlu di jelaskan lagi kami mohon diri.”

Sebelum petugas rumah sakit itu pergi, Arya mengajukan sebuah pertanyaan yang dia sendiri ragu apakah perlu menanyakannya.

Kalau boleh tahu siapa nama gadis itu?
 
Namanya Ani.”

Bukannya namanya Nila ?
 
Petugas rumah sakit itu tampak mengingat-ingat,Oh, Nila, itu nama yang sudah di siapkan untuk bayinya yang gugur saat masih dalam kandungan,” jelas petugas rumah sakit jiwa itu.




Thanks sudah membaca karya saya.
Jangan lupa tinggalkan Like dan Komennya.
Nuhun. 

No comments:

Post a Comment

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...