Search This Blog

Tuesday, March 21, 2017

Mei Kelabu



Mei Kelabu

Oleh : Havidz Antonio

3 januari 2012

Di bawah pohon beringin yang sudah hidup berpuluh-puluh tahun di belakang sekolah, kini aku dan Yudi berada. Pohon beringin yang sulur-sulurnya menjuntai sampai tanah dan cabang-cabangnya dijadikan tempat favorit berbagai jenis burung dan serangga itu kini telah menjadi saksi tumbuh kembangnya sekolah ini: SMA PANCASILA. Pohon beringin ini adalah bagian dari sekolah ini yang tak tergantikan. Di pohon beringin ini tersimpan banyak sekali kenangan. Dari tahun ke tahun. Tak kan tergantikan. Semua penghuni sekolah ini menyukai pohon ini. Termasuk aku. Karena di bawah pohon beringin ini, Yudi menyatakan cintanya padaku.

“Widie, aku sayang kamu.”

Yudi menggenggam tanganku. Yang kurasakan sekarang seakan berada di antara bunga-bunga yang sedang bermekaran, burung-burung bernyanyi, rumput-rumput bergoyang, indah sekali. Dua tahun aku menanti dan semua itu tidak sia-sia. Sejak kelas satu, sejak pertama kali aku melihat Yudi, aku sudah jatuh cinta padanya. Diam-diam aku mencintainya, memendam perasaan yang tidak berani aku ungkapkan. Aku tak pernah berani menyatakan perasaanku pada Yudi. Aku minder sekali. Aku bukan siapa-siapa sementara Yudi Agung Lakasa adalah bintang di sekolah ini. Bintang pelajar, ketua OSIS dan tim inti basket sekolah. Dan dia sangat tampan. Banyak cewek yang naksir dia.

Benar, hanya dia yang kuingin di sampingku. Aku tak mau yang lain. Dan aku tak menyangka sama sekali. Ternyata Yudi kini di depanku dan menyatakan jika dirinya menyukaiku. Thanks god … ini hadiah terindah dalam hidupku.

“Aku juga,” ujarku larut dalam kebahagiaan.

30 januari 2012

            Hujan lebat mengguyur jalanan. Begitu derasnya hingga menyeruakkan dingin yang menusuk sumsum tulang. Aku kedinginan di samping Yudi. Kulihat dia juga sama. Kini, kami berlindung di sebuah warung pinggir jalan yang tak buka. Kami baru pulang dari les matematika dan ketika sedang di tengah perjalanan dihadang hujan ini.

            Saking dinginnya gigiku sampai bergemeletak. Aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku. Kulihat Yudi mengikuti yang kulakukan. Meskipun dia membawa jaket, aku melihatnya malah seperti lebih kedinginan dari pada aku
.
            “Widie, pakai jaket ini,” kata Yudi tiba-tiba melepaskan jaketnya dan memakaikannya padaku.

            Aku tahu Yudi orangnya tidak tahan terhadap cuaca dingin. Apalagi dingin yang seperti ini. Aku menolak jaketnya tentu saja.

            “Nggak, Yud. Kamu lebih memerlukannya daripada aku.”

            “Aku nggak mau jadi cowok gak tahu diri, Widie? Membiarkan pacarnya kedinginan? Pakai ini dan aku akan merasa sangat baik-baik saja,” kata Yudi.

            Aku ragu tapi menerimanya.

            “Aku sangat menyayangimu. Aku nggak bakal ngebiarin kamu kedinginan,” kataku pada Yudi. “ Kita pakai jaket ini bersama-sama.”
           
            Yudi mengangguk.

            Rasanya begitu indah. Kita duduk berdua di selimuti sebuah jaket. Aku merasa sangat hangat. Bukan karna jaket ini. Tapi karna Yudi dekat sekali denganku. Kami menikmati eufora hujan bersama-sama. Dan mulai sejak saat inilah aku menyukai hujan.

14 febuari 2012

            Biasanya orang-orang melewati valentine di kafe-kafe atau restoran dengan sebungkus cokelat spesial atau setangkai bunga yang harum, atau sebuah boneka yang lucu dengan makan malam yang romantis. Namun yang di lakukan Yudi berbeda. Yudi menyewa perahu kecil dan membawaku ke tengah-tengah laut. Tidak ada apa-apa. Yang ada hanya biru air laut. Dan awan-awan putih menggantung di langit.

            “Yud,kenapa kita kesini? Aku takut.”

            “Tenang,” kata Yudi tersenyum simpul “Aku janji akan membawamu pulang seutuhnya.”

            Yudi menatapku. Dalam sekali. Membuatku meleleh dan aku akan rela mempercayakan hidupku padanya.

            “Apa yang akan kita lakukan di tengah laut seperti ini? Memancing?.”

            Yudi terkekeh. kemudian dia membentangkan kedua tangannya.

            “Ikuti aku, Widie.”

            Aku ikut membentangkan kedua tanganku. Aku pikir, aku dan Yudi kini sedang gila.

            “Tutup matamu.”

            Aku menutup mata.

            “Rasakan apa yang ada di sekitarmu.”

            Aku mencoba merasakan. Dan yang aku rasakan adalah angin asin menampar-nampar wajahku, desir ombak dan … “Kosong.”

            “Benar Widie, inilah jika kita hidup di dunia tanpa cinta. Kosong. Rasa sepi. Itu lebih buruk dari apapun. Dan aku sangat berterima kasih padamu telah mengisi hatiku yang kosong. Aku mencintaimu, Widie.”

            Aku tersentuh sekali. Ingin ku menangis karena bahagia.

            “Aku juga sangat mencintaimu.”

 Yudi kini memelukku.membelai-belai rambutku. 

“Terima kasih sayang,” kata Yudi.

10 mei 2012

            Mei ini adalah mei paling buruk dalam hidupku. Jika ada lagu “Wake me up when november rain.” Maka akan aku ganti dengan “Wake me up when Mei rain. Bagaima tidak? Kekasihku sedang berbaring lemah di rumah sakit. Sudah lima hari Yudi tidak sadarkan diri. Sementara ujian akhir nasional tinggal menghitung hari.

            Aku takut Yudi tidak bisa mengikuti ujian nasional. Aku lebih takut lagi Yudi kenapa-napa. Kita berdua sudah merencanakan untuk kuliah di Universitas yang sama. Ugh … aku harus yakin kalau Yudi akan segera sembuh. Aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak. Aku harus rajin berdoa juga.

            Sekarang, aku, Nada, leo dan Ardi sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Yudi.  “Yudi pasti akan baik-baik saja,” kata Nada menenangkanku. Aku mengangguk lemah.

            “Aku sangat menyayanginya, Nad,” ujarku.

            “Kita semua yang ada di sini menyayanginya. Kita berdoa dan serahkan ini pada Tuhan.”

            Aku mengangguk sekali lagi.

30 mei 2012

            Ternyata Mei tahun ini benar-benar kelabu. Aku tak menyangka akan secepat ini. Orang yang sangat aku sayangi. Orang yang sangat aku cintai. Kini telah tiada untuk selamanya. Kanker  otak merenggutnya dari kehidupan ini. walaupun dia masih muda. Tetapi itu bukan jaminan.

            Ini tidak mudah. Namun aku harus kuat. Aku harus tegap melangkah. Bagiku Yudi adalah separuh hidupku. Tempatnya di hatiku tak kan tergantikan. Dan aku tidak boleh menangisinya terus menerus. Itu hanya akan membuatnya tidak tenang disana.

            Ujian akhir nasional telah berlalu. Saat aku menyadari jika Yudi tidak bisa mengikutinya karena masih lemah di rumah sakit, aku sangat khawatir kalau nanti Yudi akan mengulang lagi masa SMA dan impian kita berdua untuk masuk Universitas yang sama hanya sebuah mimpi belaka. Dan kini impian itu musnah. Hancur berkeping-keping. Apakah nanti aku bisa menghadapi dunia ini tanpa Yudi di sisiku?

            Dulu aku pernah bilang aku selalu merindukan hujan. Aku merindukan hujan seperti hujan yang turun saat ini. Aku menari-nari dalam rinai hujan. Setelah puas aku berbisik pada nisan Yudi.


            “Terima kasih sayang, kamu ingat hari ulang tahunku. Hujan ini kado terindahku.”

No comments:

Post a Comment

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...